Kalau membaca judul di atas, kayaknya yang bisa mengalaminya pasti hanya orang tertentu dan mempunyai keistimewahan tersendiri. Ya, bisa dipastikan orang tersebut adalah hamba Allah yang mendapatkan nilai lebih dari-Nya.
Mungkin anda sekalian pernah mendengar cerita tentang kyai Abdul Hamid Pasuruan? Kyai yang memiliki akhlaq sangat mulia dan sopan dalam bermasyarakat ini mulai beliau hidup hinga wafat sekalipun terus menjdai panutan dan figur bagi penduduk tanah Jawa khususnya masyarkat Pasuruan.
Selain itu, kita juga mungkin pernah mendengar atau membaca tentang sejumlah karomah yang dimiliki kyai kelahiran kota Lasem Jawa-Tengah ini. Sedangkan karomah itu sendiri bisa diketahui sebagai satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tertentu, yang menjadi kekasih-Nya, dan yang selalu takut kepada-Nya dimanapun ia berada. Karomah tersebut biasanya keluar dengan sendirinya tanpa diduga alias langsung dari Allah SWT. Nah, kalau kita bahas tentang karomah pastinya kurang lengkap kalau hanya sebatas keterangan saja. Kali ini penulis mencoba kembali mengungkap salah satu keistimewahan atau karomah yang dimiliki kyai Abdul Hamid.
Alkisah dahulu di Jawa Tengah, tepatnya di daerah Klaten, di dalamnya terdapat suatu kampung, yang warganya pernah mengalami kejadian aneh yang sempat membuat semua warga di dalamnya merasakan rasa ketidakpercayaan atas kejadian yang dialaminya. Berikut ceritanya,
Dalam satu komunitas masyarakat, baik di daerah, di kampung, pedesaan, kecamatan, kota, maupun provinsi, pasti mempunyai orang yang di percaya oleh penduduknya sebagai orang yang mumpungi atau pandai akan ilmu agama atau dengan kata lain orang tersebut biasa kita panggil sebagai tokoh masyarakat. Nah, pada satu ketika, tokoh masyarakat di daerah Klaten yang bernama Fulan (bukan nama asli) tersebut kedatangan tamu dari luar kota, tamu tersebut mengaku bernama Kyai Hamid. Setelah berbincang-bincang dan mengutarakan maksud kedatangan si tamu ke daerah tersebut, kyai Hamid langsung menjalankan misinya sebagai seorang Da’i, yakni berda’wah.
Misi kyai Hamid sebagai seorang muballig kian hari berjalan dengan lancar dan menunjukkan perkembangan. Dalam sederetan agenda da’wahnya beliau memulainya dengan mengadakan pengajian rutinan yang diikuti oleh warga sekitar, yang bertempat di Masjid di daerah tersebut. Semakin hari pengajian kyai Hamid mampu menarik warga setempat untuk selalu mendatangi pengajian yang dibinanya. Setiap minggunya bisa dibilang jumlah jama’ah yang hadir dalam pengajian tersebut terus bertambah, hingga melebihi kapasitas ruangan dalam Masjid tersebut. Hingga beberapa bulan kemudian, jumlah yang mengikuti pengajian kyai Hamid meluber sampai ke pelataran Masjid. Melihat jama’ah pengajiannya begitu banyak, dan juga mendapat respon baik dari warga setempat, akhirnya muncullah keinginan kyai Hamid untuk membangun sebuah pesantren di desa itu. Beliau mempunyai anggapan, mungkin sebagian warga suatu saat akan mengirim anak-anak mereka untuk mengaji dan menimba ilmu di pesantren orang yang belum lama mereka kenal dan menetap di sana.
Alhasil pesantren yang di bangun kyai Hamid perlahan banyak di datangi anak-anak warga setempat untuk nyantri. Dengan di bantu tokoh masyarakat yang menjadi orang pertama yang dikenal kyai Hamid sekaligus yang banyak membantu da’wah beliau di daerah tersebut. Sesuai dengan amanat yang diberikan kyai Hamid kepadanya, dia mengkelola pesantren itu dengan baik. Melihat keadaan pesantren yang semakin hari semakin membaik, pesantren pun pada akhirnya dipasrahkan kepada tokoh masyarakat tersebut. Beliau juga berpesan agar selalu menjaga dan merawat pesantren yang didirikannya itu dengan baik.
Di tengah-tengah semakin banyaknya santru yang mengaji di pesantren tersebut, tanpa bilang sepatah kata pun dan hendak ke mana, kyai Hamid pergi begitu saja tanpa memberi kejelasan kepada tokoh masyarakat tersebut dan warga setempat.
Dua tahun silam telah berlalu, kepergian kyai Hamid pun dari daerah tersebut menimbulkan tanda tanya dan mendorong rasa penasaran tokoh masyarakat untuk mengetahui keberadaan orang yang telah banyak berjasa di daerahnya tersebut. Dia ingat, sebelum pergi meninggalkan kampungnya dua tahun lalu, kyai Hamid pernah menuliskan sebuah alamat kepadanya.
Setelah mencari kertas yang berisikan alamat yang ditulis kyai Hamid, dia baca dan menganalisa di daerah mana alamat tersebut berada. Dan yang tertulis di dalamnya adalah alamat PonPes Salafiyah Pasuruan. Dia pun tanpa berfikir panjang berencana untuk mendatangi pondok tersebut.
Ke esokan harinya ia jadi berangkat ke Pasuruan. Setelah sampai di Pasuruan, ia pun kesana-kemari dan muter-muter mencari alamat yang ada disobekan kertas itu, hinga pada akhirnya alamat yang di maksud ketemu. Sesampainya di dalam pondok, dia menanyakan ke salah satu santri tentang kyai Hamid. Santri yang ditanyai pun sempat kaget dan heran, namun, kebetulan dia tahu bahwa salah satu kyainya itu adalah seorang wali besar, jadi, kalau kalau saat ini ada orang yang mencari kyai Hamid, mungkin orang tersebut pernah bertemu di daerah lain. Karena orang tadi bertanya rumah kyai Hamid, lantas dia menyarankan untuk sowan ke kyai Idris, yang saat itu menjadi Nadhir atau pimpinan pondok.
Sesampainya di ndalem kyai Idris, dia langsung bercerita panjang lebar semua yang terjadi dua tahun silam di desanya. Kyai Idris yang dari tadi hanya menjadi pendengar tidak percaya dan juga heran, “ha . . . , apa benar yang diceritakan bapak itu?” kata kyai Idris kepada Fulan tadi. “Iya betul, sungguh saya bertemu dengan kyai Hamid, lha wong saya juga sering salaman dengan beliau. Beliau juga sempat mendirikan sebuah pesantren di sana, tapi ditinggal begitu saja selama dua tahun, makanya itu saya kemari untuk menayakan kepada kyai Hamid, mengapa pondoknya di san kok di tinggal?” jelas si fulan. “Saya tadi kaget dan tidak percaya dengan cerita sampean, karena kyai Hamid sudah lama meninggal.” Ungkap kyai Idris. “Memang anda ini siapa? kok berani bilang kalau kyai Hamid sudah wafat?” tanya si fulan sambil menunjukkan rasa tidak terima terhadap apa yangtelah dikatakan kyai Idris kepadanya. “Saya putra kyai Hamid” jawab kyai Idris santai. Kini gantian si fulan tadi yang tidak percaya dan heran. “Kalau anda masih tidak percaya kyai Hamid itu sudah meninggal, mari ikut saya, saya akan tunjukkan makam beliau kepada sampean” Kata kyai Idris yang berusaha meyakinkan si fulan. Tanpa berpikir panjang, si fulan pun langsung mengiyakan ajakan beliau.
Berangkatlah keduanya menuju makam kyai Hamid, yang bertempat di komplek pemakaman di belakang Masjid Jami’ Al-Anwar Pasuruan. “itu makam Abah saya” kata kyai Idris sambil menunjukkan makam kyai Hamid. Si fulan pun tidak percaya dan heran. Baru setelah menghampiri makam yang di maksud dan membaca sebuah nama yang tertera di batu nisan makam kyai Hamid, dia akhirnya mempercayainya. Tak lama kemudian dia menangis sejadi-jadinya, mulai jam delapan pagi sampai jam lima sore di depan makam kyai Hamid. Setelah puas menangis di depan makam kyai Hamid dia pun pulang dengan kabar yang sulit untuk dipercaya orang-orang di kampungnya, yakni desa Klaten.
Sesampainya di kampung halamannya, keesokan harinya dia mengumpulkan warga yang dulu sering mengikuti pengajian kyai Hamid untuk menyampaikan kabar yang dia bawa dari Pasuruan. Warga pun datang berbondong-bondong datang ke masjid untuk mendengarkan kabar keberadaan kyai Hamid yang telah menjadi tauladan bagi mereka. Setelah semuanya berkumpul, ia pun menjelaskan kanytaan yang dialaminya di Pasuruan. “Anda semua boleh percaya, boleh tidak. Yang penting berita yang saya bawa ini benar adanya.” Si tokoh mengawali pembicaraan kepada para warga. Lalu dia melanjutkan, “Sesungguhnya kyai yang selama ini menjadi Imam pengajian kita, yang sempat anda semua dan saya salami dan mencium tangannya, yang telah mendirikan pesantren di desa ini telah lama meninggal. Artinya, selama berada di sini kyai Hamid tersebut sebenarnya sudah lama wafat.” Mendengarkan berita darinya, warga pun langsung geger, dan banyak yang tidak percaya. Lalu untuk menjawab teka-teki yang sedang berkecamuk di tengah warga tesebut, dia menawarkan diri untuk mengantarkan mereka semua ke makam kyai Hamid. “Baiklah! kalau anda semua masih tidak percaya, silakan kalian menyewa Bus untuk pergi berombongan ke makam kyai Hamid di Pasuruan, dan saya yang akan menjadi pemimpin rombongan sekaligus penunjuk arah. bagaimana?” tawarnya. Semua warganya pun langsung menyetujui tawaran tersebut. Jadilah rencana mereka untuk pergi ke Pasuruan.
Setelah melewati perjalanan yang begitu panjang, akhirnya rombongan yang ingin mencari tahu kebenaran berita yang di sampaikan tokoh masyarakat mereka itu, sampailah mereka di depan alun-alun Pasuruan. Tak lama kemudian mereka langsung di giring oleh ketua rombongan untuk menuju makam kyai Hamid. Setelah sampai di areal pemakamam tersebut, si fulan tadi langsung berjalanan menuju areal pemakaman yang berada di dalam, dan langsung menunjukkan makam kyai Hamid, “itulah makam kyai Hamid” katanya sambil menyuruh warganya melihat lebih dekat lagi dan membaca nama yang tertera pada batu nisan tersebut. Seketika itu semua rombongan yang diikuti seluruh warga kampung di Klaten itu menangis sejadi-jadinya. Tangis mereka menandakan rasa sedih yang begitu mendalam, sekaligus merasa heran karena sang kyai yang selama ini memimpin pengajian mereka, yang sering mereka cium tangannya, ternyata sudah wafat beberapa tahun lalu.
Subhanallah . . .kejadian di atas, kalau kita pikirkan dengan logika pasti tidak akan sampai. Tapi, yang mengalami adalah seorang wali yakni kekasih Allah. Dan kisah di atas menunjukkan atas kekuasaan yang dimiliki Allah SWT. Kita harus percaya semua itu, karena yang mengalami adalah seorang wali, orang yang taat dan selalu dekat dengan Allah. Jadi, kalau dia bisa terbang atau bisa mengalami hal di atas, itu semua keistimewaan yang diperolehnya atas ketaatannya kepada Allah, dan kejadian ajaib itulah yang kita sebut sebagai karomah. Baru, kalau ada orang yang tidak pernah sholat, males shodaqoh, dan hal lain yang menyimpang dari agama, kok dia bisa terbang atau yang lain yang sifatnya nyeleneh, kita bisa menengarai, itu pasti pemberiaan dari syetan atau ilmu sihir bukan sebuah karomah. (H-di)
Cerita BerSumber : Wali santri Salafiyah Pasuruan Jatim.
Di Copy Oleh PP Nailun Najah Assalafy Kriyan diambil dari http:///salafiyah.net
Ditulis Oleh : Lathoiful Minan
Sobat sedang membaca artikel tentang yang diposting di Motivasi Islami pada hari Rabu, 11 Mei 2011.
Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika Sobat suka, silahkan copy / paste dan bagikan, namun jangan lupa untuk meletakkan link sumbernya. Oke?...
Semoga bermanfaat. Amin...