Setelah kembali dari perjalanan mereka, si ayah menanyai anaknya :
“Bagaimana perjalanannya nak?”.
“Perjalanan yang hebat, yah”.
“Sudahkah kamu melihat betapa miskinnya orang-orang hidup?,” Si bapak bertanya.
“O tentu saja,” jawab si anak.
“Sekarang ceritakan, apa yang kamu pelajari dari perjalanan itu,” kata si bapak.
Si anak menjawab :
Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, tapi mereka punya empat anjing.
Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita, tapi mereka punya anak sungai yang tidak ada ujungnya.
Kita mendatangkan lampu-lampu untuk taman kita, tapi mereka memiliki cahaya bintang di malam hari.
Teras tempat kita duduk-duduk membentang hingga halaman depan, sedang teras mereka adalah horizon yang luas.
Kita punya tanah sempit untuk tinggal, tapi mereka punya ladang sejauh mata memandang.
Kita punya pembantu yang melayani kita, tapi mereka melayani satu sama lain.
Kita beli makanan kita, tapi mereka menumbuhkan makanan sendiri.
Kita punya tembok disekeliling rumah untuk melindungi kita, sedangkan mereka punya teman-teman untuk melindungi mereka.
Ayah si anak hanya bisa bungkam.
Lalu si anak menambahkan kata-katanya : “Ayah, terima kasih sudah menunjukkan betapa MISKIN-nya kita”.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah diatas :
- Kaya dan Miskin tergantung pada persepsi kita sendiri, bukan pada penilaian orang lain.
- Orang yang tampak miskin bagi kita, boleh jadi termasuk kaya menurut orang lain, atau bahkan menurut mereka sendiri
- Kisah diatas mendorong kita untuk selalu melihat perspektif lain.
Ditulis Oleh : Lathoiful Minan
Sobat sedang membaca artikel tentang yang diposting di Motivasi Islami pada hari Selasa, 02 Juli 2013.
Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika Sobat suka, silahkan copy / paste dan bagikan, namun jangan lupa untuk meletakkan link sumbernya. Oke?...
Semoga bermanfaat. Amin...